Featured Products

Vestibulum urna ipsum

product

Price: $180

Detail | Add to cart

Aliquam sollicitudin

product

Price: $240

Detail | Add to cart

Pellentesque habitant

product

Price: $120

Detail | Add to cart

Flower






Bioleaf



Pada bulan Oktober 2011, jurusan Biologi Universitas Negeri Jakarta akan mengadakan acara Biologi Learning Festival (Bioleaf)Bioleaf mengadakan acara-acara seperti Olimpiade Biologi,Media Pembelajaran, Essay Biologi, Seminar Biologi serta Bazaar dan Floravaganza. Untuk keterangan lebih lanjut silahkan kunjungi blog Bioleaf: http://bioleaf-2011.blogspot.com


Cara Menghitung Berat Badan

"Wah.. Berat badanku kelebihan." kata Wita.
"Memang berat badan dan tinggi badan kamu berapa?" sahut temannya.
"55 kilogram, 158 centimeter."
"Segitu mah masih ideal"
"Tahu dari mana?"
"Tahu dong, kan berat badan dihitung dengan menggunakan perhitungan BMI (Body Mass Index)"


Selama ini banyak sekali orang yang mengatahui bahwa berat badan seharusnya merupakan tinggi badan -110 centimeter. Padahal cara tersebut kurang tepat. Cara yang lebih tepat adalah dengan menghitung Body Mass Index (BMI) dengan rumus:

Nilai BMI = Berat Badan (dalam kg) : (Tinggi Badan {dalam meter} kuadrat)

Jika nilai BMI

18,5 - 24,9          maka berat badan normal
25 - 29,9             maka berat badannya berlebihan
>30                     maka berat badan terlalu berlebihan dan berbahaya bagi kesehatan

Seperti dalam kasus di atas, berat badan Wita = 55 kg dan tingginya 1,58 cm, maka:
BMI Wita = 55 : 1,58 kuadrat = 55 : 2,4964 = 22,031

Maka berat badan Wita termasuk ideal ^_^

BMI merupakan suatu ukuran untuk mengukur lemak dalam tubuh berdasarkan tinggi dan berat seseorang, baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu BMI dapat digunakan secara umum. Nah, sekarang kita dapat mengukur BMI tubuh kita sendiri bukan? Selamat mencoba :)

Misi Hidup Manusia

Banyak sekali manusia di dunia ini yang menggunakan waktu hidupnya untuk bermain-main. Atau ada juga manusia yang berfikir bahwa dia diciptakan tanpa tujuan apa pun. Tidak! Tidak ada sesuatu apa pun baik yang di langit maupun di bumi diciptakan tanpa ada tujuan atau tanpa manfaat apa pun! 

"Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa maksud apa pun) dan bahwa kamu tidak akan kembali kepada Kami?" {QS. Al Mu'minun, 23: 115}

Allah menciptakan manusia dengan tujuan yang hak, yaitu untuk menjalankan misi di planet bumi ini. Al qur'an menerangkan bahwa misi hidup manusia ada tiga, yaitu:

1. Ibadah 

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku" {QS. Ad Dzariyat, 51: 56}

Selama hidupnya, manusia pasti akan beribadah. Namun objek ibadah dapat bermacam-macam. Berdasarkan kebiasaan dan objek ibadahya, manusia digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu mu'min, munafik dan kafir seperti yang termuat dalam surat AlBaqarah ayat 1-20.

          a. Orang-orang mu'min adalah mereka yang beribadah kepada Allah SWT            secara totalitas. Mereka mengabdikan seluruh hidupnya hanya kepada Allah SWT, dan memenuhi perintah Allah dalam segala hal dan keadaan. Sebagaimana dalam firman Allah SWT:

"Dan di antara manusia asa yan mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambanya" {QS. Al Baqarah, 2: 207}

          b. Orang-orang munafik adalah mereka yang beribadah kepada Allah secara setengah-setengah ('ala harfin). Mereka hanya mengerjakan perintah dan menjauhi larangan Allah sesuai dengan kepentingan mereka sendiri atau bila hal tersebut menguntungkan bagi mereka. Mereka mau beribadah kepada Allah hanya sesuai kehendak mereka, bila menguntungkan mereka akan terus, namun bila dirasa tidak enak mereka akan mundur.

"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia kebelakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." {QS.Al Hajj: 11}
          c.  Orang-orang kafir adalah mereka yang beribadah kepada selain Allah SWT {QS. AlBaqarah, 2: 165}. Objek sesembahan mereka dapat berupa batu berhala {QS. An Najm, 53: 19-23}, setan {QS. Ya Sin, 36: 60}, hawa nafsu {QS. Al Jasiyah, 45:23}, ideologi, kemewahan, bahkan para nabi {QS. At Taubah, 9: 30-31}, malaikat atau orang-orang sholeh dan ulama di antara mereka {QS. Nuh, 71: 23}.

2. Khalifah

Manusia dijadikan khalifah di muka bumi ini sebagaimana yang tercantum dalam  firman Allah SWT sebagai berikut:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" {QS. Al Baqarah, 2: 30}

Menurut Tafsir Jalalain surat Al Baqarah ayat 30 dalam Al Maktabah Asy Syamilah, makna khalifah adalah "menggantikan-Ku dalam melaksanakan hukum-Ku di atasnya (bumi)". Sedangkan menurut Tafsir Wal Bayan halaman 454 dikatakan "Khalifah adalah wakil Allah SWT dalam melaksanakan hukum-hukum dan kehendak-kehendak-Nya dalam hal memakmurkan dan mengelola bumi ini"

Sebagai khalifah manusia memiliki tugas-tugas sebagai berikut:

          a. Menegakkan hukum-hukum di muka bumi {QS. Shad, 38: 26}
          b. Mengelola dan memakmurkan bumi {QS. Hud, 11: 61}

3. Diuji

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat" {QS. Al Insan, 76:2}

Banyak manusia yang berpikir kenapa dia selalu mendapat musibah dan ujian dari Allah SWT tanpa menyadari bahwa itu merupakan salah satu dari misi atau tujuan hidupnya di dunia ini. Selama hidup, manusia akan terus diuji oleh Allah SWT baik oleh ujian yang menyenangkan maupun ujian berupa musibah.

"Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" {QS. Al An'am, 6: 165}

Namun tentu saja Allah SWT juga tidak hanya membiarkan manusia menjalankan misinya begitu saja. Allah SWT telah memberikan sarana dan prasarana kepada manusia untuk menopang keberhasilan manusia menjalankan misinya di dunia seperti berikut ini:

          a. Allah SWT telah melebihkan manusia dalam penciptaan-Nya

"... dan Tuhan telah melebihkan kamu dalam penciptaan" {QS. Al A'raf, 7: 69}
          b. Desain fisik yang terbaik {QS, At Tin, 95: 4}
          c. Pengetahuan {QS. Al Alaq, 96:5; QS. Al Baqarah, 2: 31)
          d. Pendengaran, penglihatan dan hati {QS. An Nahl, 16: 78}
          e. Akal pikiran 
          f. Petunjuk hidup {QS. AlBaqarah, 2: 2}
          g. Segala sesuatu yang ada di bumi{QS. Al Baqarah, 2: 29}

Wallahu'alam

Oleh karena itu, kita sebagai manusia harus bisa memanfaatkan waktu untuk menjalankan misi hidup sebaik-baiknya. Semoga postingan ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Saya mohon maaf kalau ada kesalahan dan mohon kritik yang membangun. Jazakumullah kahairan katsira

Membedakan Zionis dan Yahudi

Berikut ini merupakan kelanjutan dari artikel Hubungan antara Zionis dan Yahudi



Sebagaimana disebutkan sebelumnya, sikap toleransi yang wajib diperlihatkan kaum Muslimin terhadap orang-orang ahli kitab telah terbukti sepanjang sejarah Islam. Selama berabad-abad, umat Islam memperlakukan kaum Yahudi dengan sangat bersahabat dan mereka menyambut persahabatan ini dengan kesetiaan. Namun, hal yang telah merusak keadaan ini adalah Zionisme.

Zionisme muncul pada abad ke-19. Dua hal yang menjadi ciri menonjol Eropa abad ke-19, yakni rasisme dan kolonialisme, telah pula berpengaruh pada Zionisme. Ciri utama lain dari Zionisme adalah bahwa Zionisme adalah ideologi yang jauh dari agama. Orang-orang Yahudi, yang merupakan para mentor ideologis utama dari Zionisme, memiliki keimanan yang lemah terhadap agama mereka. Bahkan, kebanyakan dari mereka adalah ateis. Mereka menganggap agama Yahudi bukan sebagai sebuah agama, tapi sebagai nama suatu ras. Mereka meyakini bahwa masyarakat Yahudi mewakili suatu ras tersendiri dan terpisah dari bangsa-bangsa Eropa. Dan, karenanya, mustahil bagi orang Yahudi untuk hidup bersama mereka, sehingga bangsa Yahudi memerlukan tanah air tersendiri bagi mereka.

Hingga saat kemunculan Zionisme di Timur Tengah, ideologi ini tidak mendatangkan apapun selain pertikaian dan penderitaan. Dalam masa di antara dua perang dunia, berbagai kelompok teroris Zionis melakukan serangan berdarah terhadap masyarakat Arab dan Inggris. Di tahun 1948, menyusul didirikannya negara Israel, strategi perluasan wilayah Zionisme telah menyeret keseluruhan Timur Tengah ke dalam kekacauan.

Titik awal dari Zionisme yang melakukan segala kebiadaban ini bukanlah agama Yahudi, tetapi Darwinisme Sosial, sebuah ideologi rasis dan kolonialis yang merupakan warisan dari abad ke-19. Darwinisme Sosial meyakini adanya perjuangan atau peperangan yang terus-menerus di antara masyarakat manusia. Dengan mengindoktrinasikan ke dalam otak mereka pemikiran “yang kuat akan menang dan yang lemah pasti terkalahkan”, ideologi ini telah menyeret bangsa Jerman kepada Nazisme, sebagaimana orang-orang Yahudi kepada Zionisme.

Kini, banyak kaum Yahudi agamis, yang menentang Zionisme, mengemukakan kenyataan ini. Sebagian dari para Yahudi taat ini bahkan tidak mengakui Israel sebagai negara yang sah dan, oleh karenanya, menolak untuk mengakuinya. Negarawan Israel Amnon Rubinstein mengatakan: “Zionisme adalah sebuah pemberontakan melawan tanah air (Yahudi) mereka dan sinagog para Pendeta Yahudi”. (Amnon Rubinstein, The Zionist Dream Revisited, hlm. 19)

Pendeta Yahudi, Forsythe, mengungkapkan bahwa sejak abad ke-19, umat Yahudi telah semakin jauh dari agama dan perasaan takut kepada Tuhan. Kenyataan inilah yang pada akhirnya menimpakan hukuman dalam bentuk tindakan kejam Hitler (kepada mereka), dan kejadian ini merupakan seruan kepada kaum Yahudi agar lebih mentaati agama mereka. Pendeta Forsythe menyatakan bahwa kekejaman dan kerusakan di bumi adalah perbuatan yang dilakukan oleh Amalek (Amalek dalam bahasa Taurat berarti orang-orang yang ingkar kepada Tuhan), dan menambahkan: “Pemeluk Yahudi wajib mengingkari inti dari Amalek, yakni pembangkangan, meninggalkan Taurat dan keingkaran pada Tuhan, kebejatan, amoral, kebiadaban, ketiadaan tata krama atau etika, ketiadaan wewenang dan hukum.” (Rabbi Forsythe, A Torah Insight Into The Holocaust, http://www.shemayisrael.com/rabbiforsythe/holocaust.)

Zionisme, yang tindakannya bertentangan dengan ajaran Taurat, pada kenyataannya adalah suatu bentuk fasisme, dan fasisme tumbuh dan berakar pada keingkaran terhadap agama, dan bukan dari agama itu sendiri. Karenanya, yang sebenarnya bertanggung jawab atas pertumpahan darah di Timur Tengah bukanlah agama Yahudi, melainkan Zionisme, sebuah ideologi fasis yang tidak berkaitan sama sekali dengan agama.

Akan tetapi, sebagaimana yang terjadi pada bentuk-bentuk fasisme yang lain, Zionisme juga berupaya untuk menggunakan agama sebagai alat untuk meraih tujuannya.


PENAFSIRAN TAURAT YANG KELIRU OLEH KAUM ZIONIS

Taurat adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Musa. Allah mengatakan dalam Alquran: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi),...” (QS. Al-Maa-idah, 5:44). Sebagaimana pula dinyatakan dalam Alquran, isi Taurat di kemudian hari telah dirubah dengan penambahan perkataan manusia. Itulah mengapa di zaman sekarang telah dijumpai “Taurat yang telah dirubah”.

Namun, pengkajian terhadap Taurat mengungkap keberadaan inti ajaran-ajaran Agama yang benar di dalam Kitab yang pernah diturunkan ini. Banyak ajaran-ajaran yang dikemukakan oleh Agama yang benar seperti keimanan kepada Allah, penyerahan diri kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya, takut kepada Allah, mencintai Allah, keadilan, cinta, kasih sayang, menentang kebiadaban dan kedzaliman tertulis dalam Taurat dan bagian-bagian lain dari Kitab Perjanjian Lama.

Selain itu, peperangan yang terjadi sepanjang sejarah dan pembantaian yang terjadi ini dikisahkan dalam Taurat. Jika seseorang berniat untuk mendapatkan dalil – meskipun dengan cara membelokkan fakta-fakta yang ada – untuk membenarkan tindakan keji, pembantaian dan pembunuhan, ia dapat dengan mudah mengambil bagian-bagian ini dalam Taurat sebagai rujukan untuk kepentingan pribadinya. Zionisme menempuh cara ini untuk membenarkan tindakan terorismenya, yang sebenarnya adalah terorisme fasis, dan ia sangat berhasil. Sebagai contoh, Zionisme telah menggunakan bagian-bagian yang berhubungan dengan peperangan dan pembantaian dalam Taurat untuk melegitimasi pembantaian yang dilakukannya terhadap warga Palestina tak berdosa. Ini adalah penafsiran yang tidak benar. Zionisme menggunakan agama sebagai alat untuk membenarkan ideologi fasis dan rasisnya.

Sungguh, banyak orang-orang Yahudi taat yang menentang penggunaan bagian-bagian Taurat ini sebagai dalil yang membenarkan pembantaian yang dilakukan terhadap warga Palestina sebagai tindakan yang benar. The Neturie Karta, sebuah organisasi Yahudi Ortodoks anti Zionis, menyatakan bahwa, nyatanya, “menurut Taurat, umat Yahudi tidak diizinkan untuk menumpahkan darah, mengganggu, menghina atau menjajah bangsa lain”. Mereka menekankan lebih jauh bahwa, “para politikus Zionis dan rekan-rekan mereka tidak berbicara untuk kepentingan masyarakat Yahudi, nama Israel telah dicuri oleh mereka”. (Rabbi E. Schwartz, Advertisement by Neturei Karta in New York Times, 18 Mei 1993)

Dengan menjalankan kebijakan biadab pendudukan atas Palestina di Timur Tengah dengan berkedok “agama Yahudi”, Zionisme sebenarnya malah membahayakan agama Yahudi dan masyarakat Yahudi di seluruh dunia, dan menjadikan warga Israel atau Yahudi sebagai sasaran orang-orang yang ingin membalas terhadap Zionisme.